Tidak banyak biduan negeri ini yang bisa melantunkan lirik berbahasa  Inggris dengan tak meninggalkan cengkok melayu. Edane, band yang  dilahirkan oleh nama besar gitaris Eet Sjahranie ini beruntung menemukan  Ervin Nanzabakrie dan menggamitnya untuk mengisi vokal di album terbaru  bertajuk “Edan”. Tak saja baik dalam pronounciation, vokal Ervin yang mampu melantunkan nada-nada tinggi a-la band-band power metal dengan teknik vibrasi dan growl sekaligus terasa amat pas mengisi musik Edane yang masih bertahan dengan corak nu metal.
Digawangi bersama drummer Fajar Satriatama, Eet kini memilih menjalankan Edane berdua saja. Sebagaimana tertulis dalam booklet album rilisan Logiss Record ini, personil yang lain sebatas Edane on stage  saja, yang artinya secara legal, kedudukan mereka tak sama dengan Eet  dan Fajar. Bisa jadi keputusan ini dirasa lebih menguntungkan dan tidak  ribet setelah Eet yang pernah memperkuat God Bless itu merasai tukar dan  bongkar pasang personil Edane sepanjang rentang karirnya. Setelah  dibuka dengan permainan etnik di nomor pembuka The Undefeated, dua lagu pertama masing masing Best of Me dan  Living Dead yang bernuansa nu metal  langsung menghantam gendang telinga dengan teknik vokal yang keras  ditingkahi permainan maksimal semua instrumen. Tiada tempat bagi harapan  musik yang manis di nomor pembuka! Lagu keempat Comin’ Down  bernuansa melodik punk rocker yang lebih soft. Berkisah soal pulang  kampung, lagu dwi bahasa ini bisa dijadikan lagu untuk berdendang dan  stomping ringan. Sedikit hampir sama dengan ini adalah track ke-6  berjudul Jadi Beken sebuah lagu yang berkisah mengenai harapan musisi yang ingin menjadi terkenal namun membawakan musik rock yang tak laku dijual. Gaya bernyanyi Ervin lebih kepada bersenandung pada awal-awal lagu ditingkahi dengan musik yang relatif soft, namun jelang endingnya lagu ini berubah pembawaan menjadi style rock/metal yang keras. Tak melulu meledak-ledak, nuansa slow rock yang melodik nan manis mereka sodorkan dalam Tell Me Why.
Keseluruhan lagu dalam album ini bisa dibilang dikemas dengan rapih. Eet sebagai lead guitarist dikawal oleh Hendra Zamzami yang juga amat keras garukan rhythm guitarnya. Sementara pada rhythm section,  drummer Fajar Satriatama sama sekali belum kendur powernya, bahkan  terkesan lebih keras menghajar drum dari album-album Edane sebelumnya.  Menggantikan Ivan Xaverius adalah Daeng Oktav pada bass yang membuat  ramuan dalam album ini mendentum menggelegar.
Sebuah album rock yang memuaskan dahaga mereka yang menantikan sekian  lama hadirnya musik rock pribumi berkwalitas. Hampir duapuluh tahun  bertahan di derasnya persaingan rimbaraya musik rock tanah air, album  ini memberi konklusi bahwa Edane betapapaun juga adalah salah satu band  negeri sendiri yang masih amat pantas untuk tetap disegani.

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar